Trending
Loading...
Tuesday 19 November 2013

Mencari Figur “Negarawan” Dalam Al Qur’an





Mencari Figur “Negarawan” Dalam Al Qur’an

“Negarawan” bukanlah status sosial yang bisa disandang hanya karena menjadi seorang politisi. Status ini adalah sebuah pengakuan agung dari kebesaran hati rakyat bagi para pahlawan yang menumpahkan semangat, gerak, dan seluruh pemikirannya untuk islah dan memajukan bangsa. Bukan hanya mereka yang sudah gugur dimedan juang, pun mereka yang sedang berlaga diarena pertempuran menjalankan kewajibannya sebagai rijaalpada masanya.

Politik adalah salah satu pintu dari ribuan gerbang untuk menjadi seorang negarawan, porsinya memang besar untuk dapat mencapai tujuan. akan tetapi yang harus kita ingat adalah bahwa “Negarawan” akan disandarkan kepada pelakunya bukan pada agenda pekerjaannya. Maka figur inilah yang akan memberikan deskripsi yang sangat jelas apakah politik itu masih meluangkan porsinya untuk berkontribusi dalam masalah keummatan atau malah menjadi biang dari malapetaka dan kesengsaraan.

Sebagian orang menganggap “Negarawan” adalah profil dengan figur teladan yang relatif, ia tidak memiliki tokoh tunggal yang relevan untuk setiap masa dan golongan.

          Sebagai ummat islam tentu kita harus menolak anggapan tersebut, karena kita yakin ada sosok yang telah Allah swt. hadirkan sebagai guru terbaik dalam pengelolaan sebuah bangsa. Siapakah ia? Benar sekali, ia adalah Muhammad Bin Abdullah.

         Nabi Muhammad saw. Adalah orang pertama yang mengelola sebuah Negara dengan tatanan modern. Ia mampu menaungi sebuah bangsa heterogen baik suku, ras, maupun agama. Bahkan ia adalah orang pertama yang mempelopori konstitusi tertulis sebuah Negara yang begitu lengkap memuat konsep kebangsaan dan kerakyatan, HAM,  identitas bahasa dan budaya, termasuk hubungan internasional dan perjanjian antarnegara, yaitu dengan terbitnya Piagam Madinah (sahifah madinah), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American declaration of independence, 1776), Revolusi Prancis (1789), Deklarasi Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.

        Maka tidaklah berlebihan apabila Nabi Muhammad saw. dinobatkan sebagai sosok teladan tunggal dari arti ke-Negarawanan yang relevan untuk setiap masa dan golongan.

     Kehadirannya sebagai Nabi dan Suri tauladan adalah kesempatan emas bagi kita, bahwasanya kenegarawanan seorang Muhammad saw. Bukanlah hal mistis atau mukjizat yang terkhusus baginya. Akan tetapi merupakan sebuah skala yang dapat kita kembangkan disetiap masa yang berbeda. Jangankan gelar kenegarawanannya, bahkan sosok kenabiannya sekalipun telah digambarkan Al Qur’an adalah sesuatu yang riil dan begitu dekat :

Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-taubah :128)
Seorang negarawan bukanlah pahlawan yang berjuang sendiri untuk kesejahteraan bangsanya, bukan hanya ide tunggalnya yang mangantarkannya kepada kenegarawanan, akan tetapi ia adalah orang yang melahirkan ribuan negarawan dan merangkum ribuan ide dan berbagai gagasan.

      Langkah pertama yang Rosulullah lakukan untuk melahirkan negarawan adalah dengan menyiapkan individu - individu yang berorientasi tunggal, lillahi ta’ala yaitu dengan menyiapkan generasi robbani, jauh dari pamrih duniawi, dan kebal dari rayuan kesenangan dan materi, sebagaimana yang difirmankan Allah swt. :
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (An-Nur : 37)
Ketika Allah swt. menjadi tujuannya, maka semua negarawan akan berkoalisi atas nama Allah swt, mereka akan saling mencintai karena Allah swt, dan mereka hanya akan beroposisi dengan musuh Allah saja. Soliditas yang kuat mereka tunjukan dalam kebersamaan sujud dan rukuk mereka dalam barisan yang rapi ketika mereka menghadap kepada-Nya, Allah swt. berfirman :

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al-Fath:29)
Kekuatan ukhuwah dan koalisi yang solid menjadikan para negarawan dimasa Rosulullah saw. bersatu, bagaikan material bangunan yang akan mengokohkan satu sama lainnya. Mereka bagaikan anggota tubuh yang apabila salah satunya ditimpa rasa sakit, maka akan dirasakan pula oleh anggota tubuh yang lainnya. Tidak ada pertikaian, tidak ada berbagai friksi, tidak ada aroma konflik yang biasanya tercium dari para politisi. Yang mereka lakukan adalah mengisi waktu dengan agenda keummatan untuk menanti masa depan yang gemilang.

    Tempaan yang begitu kuat dan tarbiyah yang detil nan paripurna, telah menjadikan negarawan – negarawan didikan Rosulullah saw. sebagai jiwa – jiwa yang siap mewakafkan kehidupannya untuk misi – misi yang lebih besar : menjadi pelopor kedamaian, penegak keadilan, penjunjung kebenaran, dan kontributor kesejahteraan masyarakat dunia, mereka bak lilin yang selalu menerangi padahal dirinya meleleh terbakar api, akan tetapi itu memang  harga sebuah kenegarawanan. Allah swt berfirman :

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya), Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu Karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima Taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan dia menurunkan orang-orang ahli Kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan dia memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka. sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan. Dan dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu
. (Al-Ahzab : 23-27)
Negarawan yang menepati janjinya kepada Allah swt. dan tidak berkhianat atas komitmennya, merekalah yang laik mewarisi bumi dan mengemban amanah kepemimpinan bangsa didunia ini. Allah swt berfirman :

Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh. (Al-Anbiya : 105)
 (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj :41).
Ditulis oleh : Muhammad Hasan Hidayatulah

  



 

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2012 Yayasan Amal Madani - Bersama merangkai potensi umat All Right Reserved
Designed by Odd Themes
Back To Top