Trending
Loading...
  • New Movies
  • Recent Games
  • Tech Review

Tab 1 Top Area

Tech News

Game Reviews

Recent Post

Showing posts with label Asbabun nuzul. Show all posts
Showing posts with label Asbabun nuzul. Show all posts
Tuesday, 16 September 2014
Kisah Luqmanul Hakim dalam Al Qur'an

Kisah Luqmanul Hakim dalam Al Qur'an

Ibnu Katsir mengatakan bahwa Luqmanul Hakim—yang ada didalam Al Qur’an—bernama Luqman bin ‘Unqa bin Sidran. Ada juga yang mengatakan bahwa dia adalah Luqman bin Tsaran sebagaimana dikisahkan oleh as Suhailiy dari Jarir dan al Qutaibiy. As Suhailiy juga mengatakan bahwa Luqman adalah orang Nubiyan dari penduduk Ailah.
Menurut Ibnu Katsir juga bahwa Luqman adalah seorang lelaki shaleh, ahli ibadah, pengetahuan dan hikmah yang luas. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang hakim pada zaman Daud as. Wallahu A’lam.
Sofyan Ats Tsauriy dari al Asy’ats dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata, ”Luqman adalah seorang budak Habasyah yang juga berprofesi sebagai tukang kayu.” (al Bidayah wa an Nihayah juz II hal 146)
Jumhur ulama berpendapat bahwa Luqmanul Hakim bukanlah seorang Nabi sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai atsar yang dikutip oleh Ibnu Katsir didalam kitab tafsirnya.
Sofyan ats Tsauriy mengatakan dari al Asy’ats dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata bahwa Luqman adalah seorang budak dari Habasyah yang berprofesi sebagai tukang kayu.
Qatadah mengatakan dari Abdullah bin az Zubeir: Aku bertanya kepada Jabir bin Abdullah,”Apa pendapatmu tentang Luqman?’ dia menjawab,”Dia adalah seorang yang pendek yang berasal dari Naubah.
Yahya bin Said al Anshariy dari Said bin al Musayyib berkata, ”Luqman seorang hitam dari Mesir yang kuat dan telah diberikan Allah hikmah namun tidak kenabian.
Syu’bah berkata dari Hakim dari Mujahid, ”Luqman adalah seorang hamba yang shaleh namun bukan seorang nabi.
Al A’masy berkata: Mujahid berkata, ”Luqman adalah seorang hamba yang hitam namun bijak kedua bibirnya dan terbelah kedua kakinya.
Ibnu Hatim mengatakan bahwa Abu Zur’ah telah bercerita kepada kami, Shafwan telah bercerita kepada kami, al Walid telah bercerita kepada kami, Abdurrahman bin Yazid telah bercerita kepada kami dari Jabir berkata, ”Sesungguhnya Allah telah mengangkat Luqmanul Hakim dengan hikmahnya. Seorang lelaki yang sudah mengenal dirinya sebelumnya pernah melihatnya (didalam sebuah majlis manusia, pen) bertanya kepadanya,”Bukankah engkau adalah budak dari Bani Fulan yang menggembalakan kambing kemarin?’ Luqman menjawab,’Ya.’ Lelaki itu berkata,’Apa yang membawaku menyaksikanmu (hari ini)?’ Luqman berkata,’Takdir Allah, menunaikan amanah, jujur didalam perkataan dan meninggalkan apa-apa yang tidak berguna.” (Tafsir al Quran al Azhim juz XII hal 333 – 335)
Dinamakannya surat Luqman dengan Luqman dikarenakan surat itu mengandung berbagai wasiat dan nasehat yang disampaikan Luqman kepada anaknya.
Adapun sebab nuzul dari turunnya ayat-ayat yang memuat tentang wasiat-wasiat Luqman tersebut didalam surat Luqman: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 13 – 14)
Maka para mufasir berpendapat bahwa ayat ini turun terhadap permasalahan Sa’ad bin Abi Waqash. Tatkala dirinya memeluk islam lalu ibunya mengatakan kepadanya, ”Wahai Sa’ad telah sampai informasi kepadaku bahwa engkau telah condong (kepada agama Muhammad). Demi Allah aku tidak akan berteduh dari teriknya matahari dan angin yang berhembus, aku tidak akan makan dan minum hingga engkau mengingkari Muhammad saw dan kembali kepada agamamu sebelumnya.” Sa’ad adalah anak lelaki yang paling dicintaniya. Namun Sa’ad engan untuk itu. Dan ibunya menjalani itu semua selama tiga hari dalam keadaan tidak makan, tidak pula minum serta tidak berteduh sehingga Sa’ad pun mengkhawatirkannya. Lalu Sa’ad datang menemui Nabi saw dan mengeluhkan hal itu kepadanya maka turunlah ayat ini yang terdapat didalam surat Luqman dan al Ahqaf.
Juga diriwayatkan oleh Abu Sa’ad bin Abu Bakar al Ghazi berkata bahwa Muhammad bin Ahmad bin Hamdan telah berkata kepada kami dan berkata bahwa Abu Ya’la telah memberitahu kami dan berkata bahwa Abu Khutsaimah telah memberitahu kami dan berkata bahwa al Hasan bin Musa telah memberitahu kami dan berkata bahwa Zuhair telah memberitahu kami dan berkata bahwa Samak bin Harb telah memberitahu kami dan berkata bahwa Mus’ab bin Sa’ad bin Abi Waqash dari ayahnya berkata,”Ayat ini turun tentang diriku.” Lalu dia berkata,”Ibu Sa’ad telah bersumpah untuk tidak berbicara selama-lamanya sehingga dirinya (Sa’ad) mengingkari agamanya (islam). Dia tidak makan dan minum. Ibu berada dalam keadaan seperti itu selama tiga hari sehingga tampak kondisinya menurun. Lalu turunlah firman Allah وَوَصَّينا الإِنسانَ بِوَالِدَيهِ حُسنا (Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya). (HR. Muslim dari Abu Khutsaimah). (Asbab Nuzul Al Qur’an hal 123)
Wallahu A’lam
Sumber : [eramuslim.com]
Saturday, 29 March 2014
no image

Asbabun Nuzul Surat Az-Zalzalah

7.Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.

8.dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.         (al-Zalzalah: 7-8)



Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa ketika turun ayat 8 al-Insan (dan mereka member makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan), kaum Muslimin menganggap bahwa orang yang bersedekah sedikit  tidak akan memperoleh pahala; orang yang berbuat dosa kecil, seperti berbohong, mengumpat, mencuri penglihatan, dan sebagainya tidak bercela; serta menganggap bahwa ancaman neraka dari Allah hanya disediakan bagi orang-orang yang berbuat dosa besar. Maka turunlah ayat az-Zalzalah 7-8 sebagai bantahan terhadap anggapan mereka itu.



Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
no image

Asbabun Nuzul Surah Al-‘Aadiyaat

1. demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,

2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
4. Maka ia menerbangkan debu,
5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh
(Al-‘Aadiyaat: 1-5)

Diriwayatkan oleh al-Bazzar, Ibnu Abi Hatim, dan al-Hakim, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah saw mengutus pasukan berkuda, akan tetapi setelah sebulan lamanya tidak ada kabar berita tentang pasukan itu. Maka turunlah ayat 1-5 ini sebagai pemberitahuan tentang pasukan tersebut yang sedang bertempur melawan musuh, dan melukiskan kepahlawanan mereka.

Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
no image

Asbabun Nuzul Surah At-Takaatsur


1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu*,
2. sampai kamu masuk ke dalam kubur.
3. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
* Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.

Ibnu Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah meriwayatkan bahwa ayat ini (1-2) turun berkenaan dengan dua kabilah Anshar, bani Haritsah dan Bani Harits yang saling menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya.

Mereka saling Tanya: “Apakah kalian mempunyai pahlawan yang segagah dan secekatan si anu?” mereka saling menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup. Mereka juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan golongannya yang sudah gugur, dengan menuju ke kuburannya. Ayat ini (1-2) turun sebagai teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megahan sehingga ibadahnya kepada Allah terlalaikan.

Dalam riwayat Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ali dikemukakan bahwa ‘Ali pernah berkata: “Pada mulanya kami sangsi tentang siksa kubur. Setelah turun ayat ini (1-4), hilanglah kesangsian itu.”

Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
no image

Asbabun Nuzul Surah Al-Humazah

1. kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela,
2. yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung*
3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
4. sekali-kali tidak! Sesungguhnya Dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.
5. dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
7. yang (membakar) sampai ke hati.
8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
(al-Humazah: 1-9)

*Maksudnya mengumpulkan dan menghitung-hitung harta yang karenanya Dia menjadi kikir dan tidak mau menafkahkannya di jalan Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar bahwa ‘Utsman dan Ibnu ‘Umar berkata: “Masih segar terngiang di telinga kami bahwa ayat ini (al-Humazah : 1-2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang kaya raya, yang selalu mengejek dan menghina Rasul dengan kekayaannya.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-Suddi bahwa ayat ini (al-Humazah 1-3) turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq yang selalu mengejek dan mengumpat orang. Ayat tersebut turun sebagai teguran terhadap perbuatan seperti itu.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari seorang suku Riqqah bahwa ayat ini (al_Humazah: 1-3) turun berkenaan dengan Jamil bin ‘Amir al-Jumhi, seorang tokoh musyrik yang selalu mengejek dan menghina orang.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Ishaq bahwa Umayyah bin Khalaf selslu mencela dan menghina Rasulullah apabila berjumpa dengannya. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Humazah: 1-9) sebagai ancaman siksa yang sangat dasyat terhadap orang-orang yang mempunyai anggapan dan berbuat seperti itu.

Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
no image

Asbabun Nuzul Surah Quraisy

1. karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah).
4. yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
(Quraisy: 1-4)

*Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu nikmat yang Amat besar dari Tuhan mereka. oleh karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka.

Diriwayatkan oleh al-Hakim dan lain-lain, yang bersumber dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah mengutamakan kaum Quraisy dengan tujuh perkara…”sampai akhir hadits. Di dalam hadits tersebut disebutkan : “…. Diturunkan satu surat khusus berkenaan dengan mereka (kaum Quraisy),  dan di dalam surat tersebut tidak disebut kaum lain”, yaitu surat 106 Quraisy ayat 1-4.

Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
Friday, 28 March 2014
no image

Asbabun Nuzul Surat Al-ma'un


4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya*,
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna*.
(surat al-Maa’uun: 4-7)

*  Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.

** Sebagian mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir dari Tharif bin Abi Thalhah yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ayat ini (4-7) turun berkenaan dengan kaum munafikin yang suka mempertontonkan sholat (ria) kepada kaum Mukminin dan meninggalkannya apabila tidak ada yang melihatnya serta menolak memberikan bantuan ataupun pinjaman. Ayat ini (4-7) turun sebagai peringatan kepada orang-orang yang berbuat seperti itu.
Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
Asbabun Nuzul Surat Al-kautsar

Asbabun Nuzul Surat Al-kautsar


1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah*.
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus**.
(al-Kautsar: 1-3)

   *Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan mensyukuri nikmat Allah.

**Maksudnya terputus di sini ialah terputus dari rahmat Allah.
Diriwayatkan oleh al-Bazzar dll, dengan sanad yang sahih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika Ka’b bin al-Asyraf (tokoh yahudi) datang ke Mekah, kaum Quraisy berkata kepadanya; “Tuan adalah pemimpin orang Madinah. Bagaimana pendapat tuan tentang  si pura-pura sabar yang diasingkan oleh kaumnya, yang menganggap dirinya lebih mulia dari kami, padahal kami adalah penyambut orang-orang yang melaksanakan haji, pemberi minumnya, serta penjaga Ka’bah ?” Ka’b berkata: “Kalian lebih mulia daripada dia.” Maka turunlah ayat ini (al-Kautsar ayat 3) yang membantah ucapan mereka.

Diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah di dalam KItab al-Mushannaf dari Ibnul Mundzir, yang bersumber dari ‘Ikrimah bahwa ketika Nabi Muhammad saw diberi wahyu, kaum Quraisy berkata: “Terputuslah hubungan Muhammad dengan kita.” Maka turunlah ayat ini (al-Kautsar ayat 3) sebagai bantahan terhadap ucapan mereka.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as-suddi. Juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam Kitab ad-dalaa-il, yang bersumber dari Muhammad bin ‘Ali, dan disebutkan bahwa yang meninggal itu ialah Qasim. Bahwa kaum Quraisy menganggap kematian anak laki-laki itu berarti putus keturunan. Ketika putra Rasulullah saw meninggal, al-‘Ashi bin Wa-il mengatakan bahwa keturunan Muhammad saw telah terputus. Maka surat al-Kautsar ayat 3 ini turun sebagai bantahan terhadap ucapan mereka.

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi yang bersumber dari Mujahid bahwa ayat 3 ini turun berkenaan dengan al-‘Ashi bin Wa-il yang berkata, “Aku membenci Muhammad.” Maka ayat ini turun  sebagai penegasan bahwa orang yang membenci Rasulullah akan terputus segala kebaikannya.

Diriwayatkan oleh Aththabarani dengan sanad yang dhaif, yang bersumber dari Ayyub bahwa ketika Ibrahim, putra Rasulullah saw wafat, orang-orang musyrik berkata satu sama lain: “Orang murtad itu (Muhammad) telah terputus keturunannya tadi malam.” Allah menurunkan surat al-Kautsar ayat 1-3 ini yang membantah ucapan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa ayat ini (ayat 2) turun pada peristiwa Hudaibiyah, ketika Jibril datang kepada rasulullah memerintahkan kurban dan shalat. Rasulullah segera berdiri seraya menyampaikan khotbah Idul Fitri-mungkin juga khotbah idul Adha (rawi ragu, apakah peristiwa di dalam hadits itu terjadi pada bulan Ramadhan atau pada bulan Zulkaidah) kemudian sholat dua rakaat. Sesudah itu beliau menuju ke tempat kurban, lalu memotong hewan kurban.

Menurut as-Suyuthi, riwayat ini sangat gharib. Matan hadits ini meragukan, karena menyebutkan sholat id didahului khotbah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Syamr bin ‘Athiyyah bahwa ‘Uqbah bin Abi Mu’aith berkata: “Tidak ada seorang pun anak laki-laki Nabi Muhammad saw yang hidup hingga keturunannya terputus.” Ayat ke 3 ini turun sebagai bantahan terhadap ucapan itu.

Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ketika Ibrahim putra Rasulullah saw wafat, kaum Quraisy berkata, “Serkarang Muhammad menjadi abtar (terputus keturunannya).” Hal ini menyebabkan Nabi Muhammad saw bersedih hati. Maka turunlah ayat ini (al-Kautsar 1-3) sebagai penghibur baginya.

Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
Asbabun Nuzul Surah al-Kaafiruun

Asbabun Nuzul Surah al-Kaafiruun


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ 

قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ ﴿١﴾ لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ ﴿٦

1. Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
(al-Kaafiruun: 1-6)

Diriwayatkan ole hath-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi Muhammad saw dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi orang yang paling kaya di kota Mekah. Mereka juga menawarkan  kepada beliau untuk menikahi wanita mana saja yang beliau kehendaki. Upaya tersebut mereka sampaikan kepda beliau seraya berkata: “INilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat engkau jangan memaki-maki tuhan-tuhan kami dan menjelek-jelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun.” Nabi Muhammad saw menjawab: “Aku akan menunggu wahyu dari Rabb-ku.” Surat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir itu.

Dan turun pula surat az-Zummar ayat 64 64. Katakanlah: “Maka Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, Hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala.

Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq yang bersumber dari Wahb; dan diriwayatkan pula oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Juraij bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi.

sumber: asbabunnuzul KHQ.Shaleh dkk
Monday, 17 March 2014
Asbabun Nuzul Surat Ad-dhuha

Asbabun Nuzul Surat Ad-dhuha



بسم الله الرحمن الرحيم..وَالضُّحَى (۱) وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى (۲) مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى (۳) وَلَلْآَخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى (٤) وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى (٥)أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآَوَى (٦) وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَى (۷) وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى (۸) فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ (٩) وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ (۱۰) وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ (۱۱)

Arti Surat Ad-Dhuha
1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
2. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),
3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
4. Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)
5. Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
7. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.
8. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
9. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang.
10. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.
11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.


Syaikhain atau Imam Bukhari dan Imam Muslim serta selain keduanya, semuanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Jundab yang menceritakan bahwa Nabi saw. mengalami sakit, karena itu beliau tidak melakukan salat malam selama satu atau dua malam. Lalu datang kepadanya seorang wanita seraya berkata"Hai Muhammad! Aku tidak berpendapat lain kecuali aku yakin bahwasanya setanmu itu telah meninggalkanmu. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Demi waktu Dhuha, dan demi malam apabila telah sunyi. Rabbmu tiada meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu." (Q.S. Adh Dhuhaa 1-3) Imam Sa’id bin Manshur dan Imam Faryabi kedua-duanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Jundab yang menceritakan, bahwa malaikat Jibril sudah cukup lama tidak muncul kepada Nabi saw. Maka orang-orang musyrik mengatakan, "Muhammad telah ditinggalkan.

Lalu turunlah ayat tadi Imam Hakim mengetengahkan sebuah hadis melalui Zaidbin Arqam r.a. yang menceritakan, bahwa Rasulullah saw. tinggal selama beberapa hari tanpa ada wahyu yang turun kepadanya. Maka Umu Jamil istri Abu Lahab mengatakano "Aku tiada berpendapat melainkan bahwa temanmu itu (yakni malaikat Jibril) telah meninggalkanmu dan membencimu." Lalu Allah menurunkan firman-Nya, Demi waktu Dhuha..." (Q.S.Adh Dhuhaa 1, dan beberapa ayat berikutnya). Imam Thabrani dan Imam Ibnu Abu Syaibah di dalam kitab Musnad, juga Imam Wahidi serta lain-lainnya, semuanya mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang di dalamnya terdapat seseorang perawi yang identitasnya masih belum dikenal.

Hadis ini diketengahkan melalui Hafsh bin Masirah Al Qurasyi, kemudian Hafsh menerimanya dari ibunya, ibu Hafsh menerimanya dari ibunya yang bernama Khaulah. Khaulah ini menjadi pelayan Rasulullah saw.; ia telah menceritakan, bahwa ada seekor anak anjing memasuki rumah Nabi saw. lalu anak anjing itu memasuki kolong ranjang beliau, dan anjing itu mati di situ. Maka Nabi saw. tinggal selama empat malam tanpa ada suatu wahyu pun yang turun kepadanya. Nabi saw. berkata, "Hai Khaulah! Apakah gerangan yang telah terjadi di dalam rumah Rasulullah, Jibril sudah cukup lama tidak berkunjung kepadaku?" Kemudian aku berkata di dalam hati.

"Seandainya aku bersihkan terlebih dahulu rumah ini alangkah baiknya." Segera aku menyapu rumah lalu aku membungkukkan badanku untuk membersihkan bawah kolong ranjang dengan sapu, lalu aku mengeluarkan bangkai anak anjing dari kolong ranjangnya. Ketika Nabi saw. datang, tiba-tiba tubuhnya bergetar sehingga pakaian jubah yang disandangnya pun ikut bergetar. Sesungguhnya Nabi saw. apabila turun wahyu kepadanya, maka tubuhnya tampak gemetar, lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Demi waktu Dhuha..." (Q.S. Adh Dhuhaa, l) sampai dengan firman-Nya, ."..lalu (hati) kamu menjadi puas." (Q.S. Adh Dhuhaa, 5) Sehubungan dengan hadis di atas Hafiz lbnu Hajar memberikan komentarnya bahwa, kisah mengenai terlambatnya malaikat.

Jibril disebabkan adanya anak anjing, hadis mengenai kisah ini sudah terkenal, hanya saja keadaan hadis tersebut kalau dianggap sebagai Asbabun Nuzul ayat ini, maka hal ini garib yakni, aneh bahkan Syadz dan ditolak karena ada bukti yang menyanggahnya di dalam kitab satrih. Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Abdullah bin Syaddad, bahwa Siti Khadijah berkata kepada Nabi saw., "Sesungguhnya aku melihat bahwa tiada lain Rabbmu telah meninggalkan kamu." Lalu turunlah ayat tersebut. Imam Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Urwah yang menceritakan, bahwa malaikat Jibril terlambat datang kepada Nabi saw., maka Nabi saw. merasa sangat berduka cita. Selanjutnya Siti Khadijah berkata, "Sesungguhnya aku memandang bahwa Rabbmu membencimu karena sikapmu yang selalu kelihatan berduka cita itu", lalu turunlah ayat tersebut.

Kedua hadis tersebut perawinya adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan predikat kedua hadis tersebut sama-sama mursal. Hafiz Ibnu Hajar memberikan komentarnya menurut pendapat yang kuat ialah bahwa masing-masing dari Umu Jamil dan Siti Khadijah benar-benar mengatakan hal tersebut.

Hanya saja Umu Jamil mengatakannya atas dorongan kebencian, sedangkan Siti Khadijah mengatakannya karena ikut berduka cita. Imam Thabrani dan Imam Ibnu Abu Syaibah di dalam kitab Musnad, juga Imam Wahidi serta lain-lainnya, semuanya mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang di dalamnya terdapat seseorang perawi yang identitasnya masih belum dikenal.
Hadis ini diketengahkan melalui Hafsh bin Masirah Al Qurasyi, kemudian Hafsh menerimanya dari ibunya, ibu Hafsh menerimanya dari ibunya yang bernama Khaulah. Khaulah ini menjadi pelayan Rasulullah saw. ia telah menceritakan, bahwa ada seekor anak anjing memasuki rumah Nabi saw. lalu anak anjing itu memasuki kolong ranjang beliau, dan anjing itu mati di situ. Maka Nabi saw. tinggal selama empat malam tanpa ada suatu wahyu pun yang turun kepadanya. Nabi saw. berkata "Hai Khaulah! Apakah gerangan yang telah terjadi di dalam rumah Rasulullah, Jibril sudah cukup lama tidak berkunjung kepadaku?" Kemudian aku berkata di dalam hatio "Seandainya aku bersihkan terlebih dahulu rumah ini alangkah baiknya." Segera aku menyapu rumah lalu aku membungkukkan badanku untuk membersihkan bawah kolong ranjang dengan sapu, lalu aku mengeluarkan bangkai anak anjing dari kolong ranjangnya. Ketika Nabi saw. datang, tiba-tiba tubuhnya bergetar sehingga pakaian jubah, yang disandangnya pun ikut bergetar. Sesungguhnya Nabi saw. apabila turun wahyu kepadanya maka tubuhnya tampak gemetar, lalu Allah menurunkan firman-Nyao "Demi waktu Dhuha..." (Q.S. Adh Dhuhaa, 1) sampai dengan firman-Nya, "..lalu (hati) kamu menjadi puas." (Q.S. Adh Dhuhaa, 5).

Sehubungan dengan hadis di atas Haftz Ibnu Hajar memberikan komentarnya bahwa kisah mengenai terlambatnya malaikat Jibril disebabkan adanya anak anjing, hadis mengenai kisah ini sudah terkenal, hanya saja keadaan hadis tersebut kalau dianggap sebagai Asbabun Nuzul ayat ini, maka hal ini garib yakni, aneh bahkan Syadz dan ditolak karena ada bukti yang menyanggahnya di dalam kitab sahih. Imam Thabrani di dalam kitab Al Ausath mengetengahkan sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a menceritakan, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, "Telah ditampakkan kepadaku apa-apa yang kelak dapat ditaklukan oleh umatku sesudahku, lalu aku gembira melihatnya", maka Allah menurunkan firman-Nya, "dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia." (Q.S. Adh Dhuhaa 4) Sanad hadis ini berpredikat Hasan atau baik.

Dalam surah ini, Allah swt menurunkan kasih sayang dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad saw. Allah ingin mengobati penderitaan yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. sekaligus memberikan ketenangan dan keyakinan kepadanya.

Ad-Duha diturunkan secara khusus untuk Nabi Muhammad saw. Surah ini untuk menghibur, menyenangkan dan menenangkan hati beliau yang sedang kesusahan karena ejekan-ejekan dari kaum kafir Quraisy.

Dalam beberapa riwayat, diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. menderita sakit hingga membuatnya susah bangun. Beliau berbaring ditempat tidurnya dan tidak bangun untuk salat Tahajud semalam atau dua malam. Kemudian datanglah seorang wanita musyrik dan berkata, “wahai Muhammad, aku melihat setanmu telah pergi meninggalkanmu.”

Sufyan Ibnu Uyainah meriwayatkan bahwa malaikat Jibril tidak datang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw. sekitar lima belas hari. Lamanya wahyu tidak turun itu membuat orang-orang kafir mengatakan, “Muhammad telah ditinggalkan oleh Tuhannya.”

Berikut ini sebuah hadis yang menceritakan asbabun nuzul surah ad-Duha baca dan perhatikan baik-baik
Artinya :
Dari Junduh, dia berkat, “Nabi saw. menderita sakit hingga dia tetap berbaring di tempat tidurnya dan tidak bangun untuk salat Tahajud semalam atau dua malam. Kemudian, datang seorang wanita dan berkata, “Wahai Muhammad, aku melihat setanmu telah pergi meninggalkanmu.” Lalu, Allah swt. Menurunkan surah ad-Duha ayat 1-3 ersebut (demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu).” (HR. Ahmad no. 18051)

Artinya :
Dari Hakim bin Hizam r.a. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Tangan di atas (orang yang memberi) lebih baik daripada tangan dibawah (orang yang meminta). Dahulukanlah orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sesungguhnya sebaik-baik sedekah adalah sedekah yang dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kelebihan. Siapa saja yang menjaga kehormatan dirinya maka Allah akan menjaganya dan siapa saja yang merasa cukup maka Allah akan mencukupkannya.” (H.R. al-Bukhari no. 1338 dan Muslim no.1716)

Kandungan hadis
Hadis tersebut menyebutkan bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Maksud tangan di atas adalah orang yang memberi atau bersedekah, sedangkan tangan dibawah adalah orang yang meminta atau peminta-minta. Jadi, hadis tersebut mengajarkan bahwa memberi lebih baik daripada meminta-minta. Memberi atau bersedekah sangat dianjurkan dalam Islam. Senang memberi bantuan kepada orang yang kekurangan merupakan akhlak terpuji.

Senang memberi hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai sifat pemurah. Nabi Muhammad saw. adalah orang yang paling pemurah di antara orang-orang yang pemurah. Beliau selalu memberi jika ada orang yang meminta kepadanya. Jika beliau tidak punya, dicarikannya dahulu dan diberikannya pada lain hari.

Sifat pemurah juga dimiliki para sahabat Nabi Muhammad saw. misalnya, Usman bin Affan. Ketika Nabi Muhammad saw. mendapat berita bahwa kerajaan Romawi Timur akan menyerang Madinah, beliau mengumpulkan orang-orang guna mencari dana untuk menghadapi serangan tersebut. Usman bin Affan yang terkenal kaya raya dan dermawan segera menyerahkan 1.000 ekor unta, 50 ekor kuda, dan 1.000 mata uang emas. Setelah melihat tumpukan emas itu, Nabi Muhammad saw. bersabda yang artinya, “Sesunggunya apa yang engkau sumbangkan itu, niscaya tidak akan mengurangi hartamu.”

Sebab-sebab Turunnya Hadis Tentang Keutamaan Memberi
Khadijah istri Nabi Muhammad saw. adalah seorang saudagar kaya. Beliaupun rela memberikan semua hartanya untuk perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam menegakkan Islam saat itu.
Orang pemurah selalu memberi bantuan kepada orang yang memerlukan, baik diminta maupun tidak. Hatinya bersih dari taman dan serakah serta ikhlas. Dalam memberi, perkataannya selalu menyenangkan, tidak dengan kata-kata yang menyakitkan. Mereka yakin dengan pemberiannya itu tidak akan mengurangi hartanya. Bahkan, Allah swt. Akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

Dalam surah al-Lail ayat 5-7, Artinya :
Maka barang siapa memberikan (hartaya di jalan Allah), dan bertakwa dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagian).
Q.S. al-Lail/92: 5-7

Copyright © 2012 Yayasan Amal Madani - Bersama merangkai potensi umat All Right Reserved
Designed by Odd Themes
Back To Top