Trending
Loading...
Wednesday, 16 April 2014

Kisah laki-laki tertimpa penyakit lumpuh yang menghafal Qur’an

Doktor khalid Aljabir dalam kitab “Qishosh Waqi’iyah” berkata :

Adalah temanku di fakultas Militer, awalnya dia bergaul dengan teman-temannya dalam segala hal yakni taat kepada Allah, budi pekertinya bagus, belajarnya, bergaulnya, dia suka berqiyamul lail dan menjaga shalat fajar dan shalat lainnya serta suka berbuat baik.

Sesudah dia lulus dan berbahagia layaknya orang-orang yang bahagia karena lulus, dia tertimpa sebuah penyakit yang kami sebut influenza. Akhirnya dia jatuh sakit, hingga ditimpa penyakit di tulang-punggungnya, lalu dia ditimpa sakit lumpuh dan tidak mampu bergerak.

Sampai-sampai dokter berkata padaku bahwa dia dilihat dari keadaanya tersebut sulit diharapkan kesembuhannya. Dan kemungkinan dia bisa kembali seperti semula dan sembuh total adalah 10%. Lalu saya berkata “Segala puji bagi Allah atas segala keadaan yang ada”. Saya memohonkan kesembuhan untuknya, karena dia-Lah yang maha kuasa atasa segala sesuatu. Kemudian saya menjenguknya di rumah sakit sementara dia beristirahat diatas kasur putih, mengingatkannya pada Allah dan mendoakan kebaikan baginya, lalu pada saat itu dialah yang justru mengingatkanku pada Allah !!! Dialah yang bersosial padaku, saya melihat wajahnya dipenuhi cahaya, tampak cemerlang karena keimanannya (menurut kami, Allah lah yang mencukupinya).

Saya berkata padanya “segala puji bagi Allah atas keselamatan, saya mohonkan lekas sembuh dari sakitmu, sakit ini mensucikan insya Allah,” dia menjawabku dengan ucapan terima kasih dan doa kemudian berkata-kata, dia tidak mengeluh dan tidak mengadu, dia tidak juga berkata-kata, “Menurutmu apa yang terjadi padaku wahai Khalid saudaraku?” dia hanya berkata sangat enak didengar dan menancap di hatiku sampai-sampai saya masih hafal sampai sekarang, dia mengatakan ini seraya tersenyum, “wahai saudaraku, barangkali Allah mengetahui kecerobohanku dalam menghafal Al-Qur’an, karena itu dia melumpuhkanku agar saya merampungkan hafalanku, (sakit) ini adalah suatu nikmat dari Allah.”

Maha suci Alla, dari mana asal kalimat ini muncul? Bagaimana bisa sebuah bencana berubah menjadi nikmat? Sebenarnya imanlah yang membuat mukjizat setelah anugerah dan pertolongan Allah, Allah selalu benar dan tepat dalam membalas orang-orang yang sabar dan mau kembali di saat ditimpa musibah, dia berkata : “Sungguh kita ini milik Allah, dan kita kembali padanya.” Baginya ada tiga ganjaran, Allah telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 157 : “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Benar sekali, itu adalah kasih sayang dari Allah, sanjungan dan petunjuk menuju jalan yang lurus dan keteguhan pada aturan yang benar.
Dalam shahih muslim dari hadits shuhaib berupa hadits marfu; “Sungguh mengherankan perihal orang yang beriman! Selalu ada baiknya, itu tidak mungkin ada kecuali pada orang mukmin. Jika mendapat kebahagiaan dia bersyukur, jika tertimpa musibah dia bersabar. Semua itu merupakan suatu kebaikan.”

Sungguh indah sekali kalimat-kalimat yang telah dia utarakan. Demi Allah, kalimat tersebut membandingi puluhan kalimat ilmiah, karena tingkat-tingkat keimanan itu dan mengajari banyak hal dan dalam semua kebaikan. Sungguh saya benar-benar terkejut dan terkesima atas tingkat keimanannya, kesabaran dan keteguhan hatinya biarpun keadaanya sakit parah dan lumpuh. Dan biarpun dia belum sampai 6 bulan dari waktu kelulusan, belum berbahagia dengan sebuah status dan perbuatan yang baru dalam beberapa hari, demi Allah saya tela mengakui keimanannya, saya memuji Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung bahwa dalam umat ini ada seseorang yang semacam dia, hanya pada Allah segala puji itu...

Lalu, saya menjenguknya selang beberapa waktu. Di sekelilingnya ada para kerabat dekat, saya menyapanya dan mendoakannya, lalu sekali lagi saya melihat dan mendengar hal yang menakjubkan. Setiap kali ada yang menjenguknya, imannya semakin bertambah. Keponakannya berkata padanya, “Hendaklah berusaha menggerakan kakimu, angkatlah...!!!” dia menjawab, “Segala puji bagi Allah, saya malu kepada Allah untuk mempercepat kesembuhan, ini sudah ditakdirkan Allah, Alhamdulillah... andaikata kesembuhan bukan takdirku, tentunya Allah telah mengetahui yang terbaik bagiku, karena dia-Lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Dalam ucapannya dia tidak mengharapkan apa-apa kecuali yang terbaik. Allah telah berfirman :

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah:261)
Doktor menyambung ceritanya lagi sambil berkata,”Aku telah berpergian untuk menyempurnakan study, kemudian setelah tiga bulan saya kembali dan berharap dia masih di rumah meskipun tiada harapan untuk sembuh. Dia selalu di kamarnya saja saat di rumah, untuk pindah tempat harus dibopong, saya bertanya kepada teman-temannya dirumah sakit,’ apakah dia sudah keluar? Dan bagaimana keadaannya? Mereka menjawab, “Orang ini menakjubkan sekali, dia memiliki tekad dan tujuan yang sangat kuat, selalu tersenyum dan rela apa yang telah digariskan untuknya. Keadaannya sudah dianggap baik, dia dipindah ke rehabilitasi untuk pengobatan biasa.”

Saya bergegas menuju ruang rehabilitasi, ternyata dia sedang duduk diatas kursi goyang disana, saya lega. Lalu saya berkata padanya, segala puji bagi Allah atas segala keselamatan, Alhamdulillah  perkembanganmu sekarang sudah lebih baik dari pada kemarin.” Dia memutus perkataanku sambil berkata,” segala puji bagi Allah, saya beritahu kabar gembira padamu, saya telah berhasil menyempurnakan menghafal Al-Qur’an.” Lalu saya jawab, “Maha Suci Allah !!! Sungguh menakjubkan orang yang satu ini. Bila saya menjenguknya, yang saya dapat pastilah faedah keimanan, lalu saya mendoakan dan memohon anugerah Allah untuknya.

 Saya pun berpergian, empat bulan lebih saya tidak bersua dengannya. Ketika saya kembali, ternyata hal yang tak pernah saya duga sebelumnya terjadi, namun itu bukan hal yang mengherankan dan bukan hal yang asing bagi Allah yang mampu menghidupkan tulang-belulang yang telah luluh-lantah. Tahukah kau apa yang terjadi? Saat saya sedang shalat di Masjid rumah sakit, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku, ”Hai ayah Muhammad!” tahukah engkau siapa yang memanggil? Tepat sekali, dia adalah teman kami, demi Allah dia adalah teman dekat yang tersayang yang semula lumpuh, sekarang bisa berjalan dan nampak segar bugar. Itulah kekuasaan Allah, keimananlah yang memunculkan mukjizat. Allah telah berfirman, “Allahlah kekasih orang-orang yang beriman.”

Dia juga berfirman, “orang yang bertakwa pada-Nya maka akan dibuatkan jalan keluar.” Yaitu keselamatan dan kesehatan dari Allah bagi manusia.
Allah juga berfirman,”Seperti demikian akan saya selamatkan orang-orang yang beriman.”

Benar sekali, dia sudah bisa berjalan dan mendatangiku seraya menyapa, saya memeluknya erat-erat dan menangis. Ya, saya menangis karena dua hal, yang pertama karena lega dia sudah sembuh, saking bahagianya sampai menangis. Yang kedua atas keterbatasan yang kumiliki, betapa banyak nikmat dan kebaikan yang Allah berikan pada kita tetapi belum kita syukuri, kita tidak bersungguh-sungguh dalam menghafal Al-Qur’an dan beramal saleh, semuanya adalah kecerobohan dan penundaan. Saya mohon ampunan kepada Allah.

Bukan hanya itu saja, tetapi Allah telah memberi banyak hal padanya, diantaranya diterimannya proposal delegasi dalam negeri ke universitas kerajaan Saudi untuk menyempurnakan study ke jenjang yang lebih tinggi. Ada sebuah kisah pada pengiriman ini, dia telah meminta itu sejak lulus dari kuliah namun belum ada jawaban. Dan beberapa hari setelah dia sembuh, Alhamdulillah, permintaannya disetujui saat dia sudah lupa akan hal itu. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya tersebut hal-hal baik menjadi sempurna.

Lalu sesudah itu dia berkata padaku, “Hai doktor Khalid! Semua yang telah terjadi merupakan cambuk bagiku apabila saya tidak lekas mensyukurinya,” saya jawab, “Iya, cambuk bagi kita semua.”
Cerita ini masih belum berhenti. Tujuh tahun kemudian dia berkunjung kepadaku dalam perjalanannya mengunjungi kakeknya yang sedang menderita sakit liver. Apa yang kulihat? Saya melihatnya sebagai pemuda yan bersinar. Allah telah memberinya rizeki berupa promosi menduduki jabatan mayor, saya memohon kepada Allah agar menjadikannya Mayor (pimpinan) kebaikan, manfaat, kebaikan dan semoga dia membaguskan semua perilaku kita.

dikutip dari buku : "Kisahku dalam Menghafal Al-Qur'an", Penulis : Muna Said Ulaiwah

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2012 Yayasan Amal Madani - Bersama merangkai potensi umat All Right Reserved
Designed by Odd Themes
Back To Top