Optimalisasi pengawasan tumbuh kembang anak
Pendidikan program akselerasi dan masuk perguruan tinggi negeri, kini tengah menjadi fenomena. Hal ini menjadi pendorong utama para orang tua untuk lebih intensif lagi dalam memperhatikan pendidikan anak. Alternativ yang populer saat ini adalah mengikuti program bimbingan belajar atau bimbel. Dengan metode pengajarannya yang khas, bimbel tentunya bukanlah sesuatu yang dapat dibayar dengan harga yang murah. Akan tetapi karena desakan trend dan tuntutan ilmiah, urusan harga tidak dianggap sebagai masalah.
Disisi lain ada pula program yang tak kalah pentingnya, bahkan jauh lebih penting dari pada disiplin ilmu yang lain, yaitu program keagamaan dan pembentukan karakter. Dua program yang menjadi syarat utama kelaikan dan keberhasilan seseorang untuk menjadi cendikiawan. Akan tetapi dua program ini belum bisa menjadi perhatian pokok para orang tua atau bahkan lembaga sekolah sekalipun. Statusnya sebagai mata pelajaran intrakulikuler akan tetapi difungsikan setaraf ekstrakulikuler. Bahkan tidak sedikit orang tua yang merasa keberatan dalam membiayai anaknya untuk mengkaji ilmu agama.
Realita pergaulan generasi muda saat ini harusnya bisa menjadi cerminan utama para orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya. Akan tetapi, banyak orang tua yang menganggap wajar dan selalu dikaitkan dengan efek kemajuan teknologi yang tak mungkin terbendung. Kesibukan orang tua dalam pekerjaannya adalah factor utama kelalaian mereka dalam memantau tumbuh kembang sang anak. Pertumbuhan secara fisik memang dapat ditangani oleh asisten rumah tangga, akan tetapi perkembangan secara mental dan spiritual tentunya memerlukan figure orang tua sebagai pendamping secara langsung.
Kemampuan orang tua dalam bidang agama tentu menjadi amunisi utama dalam menyertai perkembangan anak. Apabila orang tua tidak memiliki perbekalan agama yang cukup, maka harus ada alternativ lain agar kebutuhannya tetap terpenuhi. Yaitu mengirimkannya ketempat kajian ilmu agama dan pembekalan akhlak mulia. Sama halnya dengan bimbingan belajar, apabila orang tua menjadikan ilmu agama sebagai kebutuhan utama, maka perhitungan matematis untuk keperluannya tidak akan dianggap sebagai kendala.
Pengawasan pribadi melalui doktrin agama yang kuat akan menjadi solusi yang lebih ampuh dari pada pengawasan orag tua sekalipun. Dalam hal ini, Keterbatasan ruang dan waktu lah yang menjadi kelemahan utama. Sebagai contoh adalah upaya membendung pergaulan bebas, pornografi dan narkotika. Pengawasan orang tua saja tidak akan cukup untuk menjaga anak dari tiga virus tersebut dikarenakan frekwensi kebersamaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan selama dua puluh empat jam setiap harinya. Maka, doktrin agama dan kesadaran pribadi akan pengawasan sang maha kuasa-lah yang akan menjadi Imun yang paling kebal dalam pengawasan diri sang anak.
Ditulis oleh : Muhammad Hasan Hidayatulah
0 comments:
Post a Comment