Trending
Loading...
Friday, 29 November 2013

Bersahabatlah Dengan Al-qur'an

Sesulit manapun kehidupan yang sedang dijalani, dan seberat apapun perjuangan yang sedang dihadapi, pasti akan terasa lebih ringan dan damai jika ada sahabat yang selalu setia menyertai, dibanding jika semuanya harus ditanggung seorang diri. Dan begitu jualah sebaliknya, keberhasilan spektakuler yang kita raih pun terasa tak bererti apabila tidak ada siapa-siapa untuk tempat berbagi. Demikianlah hidup ini jadi miris sekali jika selamanya harus dijalani sendiri, maka itu sahabat yang setia harus kita cari sebagai teman berbagi apa saja yang kita alami.

Dalam dunia ini teman boleh kita bahagikan kepada beberapa cabang. Lalu terserah kepada kita semua untuk memilih cabang teman yang bagaimana. Disini, suka bagi diri ini membawa sahabat semua untuk berfikir sejenak. Sebelum kita gopoh mencari sahabat sesama manusia, adalah lebih utama bagi kita untuk bersahabat terlebih dulu dengan Al-Quran kerana di dalam Al-Quran kita dapat menemukan panduan hidup yang benar. Sebaliknya apabila kita jauh dari Al-Quran dan tidak menjadikannya sahabat kita, maka hidup kita akan mudah diperdaya oleh rayuan dan pujukan syaitan yang tidak sabar untuk menemani kita. Bab kata pepatah dalam perburuan, “Jerat tidak pernah melupakan mangsa tetapi mangsa senantiasa melupakan jerat”. Jika kita ibarat mangsa, maka waspadalah wahai saudara… Hal ini telah dijelaskan sebagaimana firman Allah swt:

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(Al Quran), kami adakan baginya Syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.”
(QS. Az-Zukhruf {43} : 36).

Intinya, dalam kehidupan ini kita memiliki dua pilihan untuk dijadikan sahabat, Al-Quran ataupun Syaitan. Jika kita memilih untuk bersahabat dengan Al-Quran maka kita akan selamat di jalan Allah. Sebaliknya jika kita memilih untuk bersahabat dengan Syaitan, maka kita akan mengalami kerugian yang besar lalu jatuh ke dalam lembah kehancuran dan kesesatan. Bagi memastikan diri kita terhindar dari bersahabat dengan syaitan, Al-Quran telah memberikan kita tips yang jelas yang antaranya dengan sering membaca “Ta’awwudz” iaitu ungkapan “A’udzubillahi Minasy-Syaithonir Rajim”. yang bermaksud

“Aku memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
(QS. An-Nahl 98).

Bersahabatlah dengan Al-Quran, kerana Al-Quran adalah “Mukjizat Khalidah” (mukjizat abadi). Keberadaannya diyakini sebagaimana kata pepatah “Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.” Ia akan senantiasa “Shalih fil al-zaman wa al-makan” (selalu relevan di setiap waktu dan tempat). Justeru, sebenarnya kita sangat beruntung apabila dapat bersahabat dengan Al Quran. Rakan sahabat, untuk menjadikan Al-Quran sebagai sahabat karib, hendaklah kita memposisikan dan memperlakukannya seperti kita memperlakukan sahabat bahkan lebih-lebih lagi kerana al-Quran itu merupakan utusan dari Allah. Maksud kepada memperlakukannya sebagai sahabat adalah dengan menjadikannya sebagai teman, mendengar nasihatnya, mengikuti petuanya dan ingin selalu dekat di sisinya. Dalam hal ini, bersahabat dengan Al Quran dengan selalu membaca, menjadikannya petunjuk, memahaminya dan mengamalkannya. Dengan itu kita akan memperoleh kebahagiaan hakiki baik di dunia mahupun di akhirat kelak.

Rasulullah saw menjanjikan, bahawa setiap orang beriman yang bersahabat akrab dengan Al Quran, dijamin akan mendapat syafa’at dari Al-Qur’an sebagaimana hadis berikut:

“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya”.
(HR. Muslim)

Rasulullah bersabda lagi, yang maksudnya:

“Bacalah Al-Qur’an, kerana ia akan datang pada hari Kiamat
sebagai pemberi syafa‘at bagi pembacanya.”
(HR. Muslim dari Abu Umamah)

“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
(QS.An-Nahl: 89)

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan
kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang
itu dari gelap gelita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka
ke jalan yang lurus.”
(QS. Al-Ma’idah: 15-16)

Al-Quran turun kepada Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memang untuk didakwahkan. Allah swt berfirman, maksudnya:

“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, dia itu dibawa turun oleh Ruh al-Amin (Jibril)
ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
di antara orang-orang yang memberi peringatan”
(QS. asy-Syu’ara [26]:192-194).

Rasulullah bersabda, maksudnya:

“Sebaik-baik ucapan adalah Kitabullah…” (HR Ahmad)

Kerana itu, sudah selayaknya para aktifis dakwah senantiasa berinteraksi dengan Al Quran, bersahabat dengan Al Quran, bahkan harus merasa bergantung pada Al Quran. Sebagaimana seorang prajurit di medan perang bergantung pada senjatanya, demikian pula seharusnya pengembang dakwah selalu bergantung pada Al Quran. Apa jadinya prajurit berperang tanpa senjata? Apa jadinya pengembang dakwah berlaga di medan dakwah tanpa Al Quran di hati dan fikirannya?

Rasulullah saw bersabda, sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra;

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan; mereka akan diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh malaikat dan akan disebut-sebut Allah
di hadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat).”
(HR Muslim)

Kecintaan dan interaksi kita dengan Al Quran merupakan suatu ukuran kebersihan hati kita. Jika suatu ketika hari kita merasa berat untuk membaca Al Quran, biasanya itu adalah petanda bahawa hati kita kotor. Untuk membersihkannya, paksakanlah diri kita untuk membaca Al-Quran, InsyaAllah ayat-ayat Al Quran yang kita baca akan membersihkan kotoran-kotoran tersebut. Allah berfirman di dalam Al- Quran, maksudnya:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. ”
(QS. Yunus {10} : 57).

Sungguh pantas, kiranya setiap kaum muslim menjadikan Al Qur’an sebagai sahabat karibnya, iaitu dengan berakhlak sebagaimana akhlak Al Qur’an, menerapkan ciri-ciri hidup yang Qurani, cara bergaul ala Al Qur’an. Misalnya tentang perlunya menjaga tali persaudaraan, saling tolong menolong, tidak boleh bercerai-berai, bermusuhan, berkelahi, bunuh-membunuh, caci-mencaci, ghibah dan sebagainya.

Wahai diri…
Tidakkah kamu malu kepada Allah?
Mengaku cinta kepadaNya?
Sedang kamu menafikan hakNya
Adakah kamu masih mengaku kasih kepadaNya?
Apabila kamu langsung tidak senang bermanja dengan kalamNya

Wahai diri…
Bukankah ketika manusia cinta sesama mereka
Mereka senang membaca utusan cintanya
Bahkan berulang-ulang kali banyaknya

Lalu…
Mengapa begitu berat bagimu?
Untuk hidup dengan wahyu Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Sahabatku…
Apakah ada jaminan bagi kamu mendapat sesautu dengan percuma?
Apakah kamu fikir kamu layak untuk pahala Allah?
Sedang kamu masih lalai dan leka
Mengejar dunia semata

Sahabatku…
Hari esok engkau kata nak tuntut Syurga?
Padahal hari ini infaq engkau rasa berat
Jihad pula belum siap
Berani engkau bermadah kata?

Wahai diri…
kalau tidak dengan Al Quran
lalu dengan apa lagi?

Wallahu a’lam bishawab

www.pusatalquran.com

1 comments:

Copyright © 2012 Yayasan Amal Madani - Bersama merangkai potensi umat All Right Reserved
Designed by Odd Themes
Back To Top