Teguran Pembocoran Rahasia dan Penyadapan Informasi
Teguran Pembocoran Rahasia dan Penyadapan Informasi |
Kisah Sahabat Badar, Hathib bin Abi Balta’ah |
Rosulullah menyiapkan pasukan kaum muslimin sebelum pembebasan kota mekah (Fathu Makkah). Beliau berharap orang-orang kafir dalam kondisi tidak siap, sehingga beliau dapat memasuki kota Mekah dan mereka langsung menyerah, tanpa pertempuran dan pertumpahan darah di Tanah Haram (mulia). Akan tetapi salah seorang sahabat, Hathib bin Abi Balta’ah ra. Mengutus seseorang kepada keluarganya di Mekah, untuk mengabarkan rencana kedatangan kaum muslimin ke Mekah. Ini merupakan ujian loyalitas seorang sahabat mulia yang melakukan tindakan yang salah. Oleh karena itu turunlah ayat pertama surat Al-Mumtahanah untuk memberikan teguran yang keras kepadanya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), Karena rasa kasih sayang; padahal Sesungguhnya mereka Telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu Karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku … “ (Al-Mumtahanah : 1)
Kemudian datanglah kelanjutan ayat untuk memperingatkan agar tidak memberikan kecintaan kepada musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya.
“……………….(janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, Karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka Sesungguhnya dia Telah tersesat dari jalan yang lurus” (Al-Mumtahanah : 1)
Uniknya, ayat ini menegur Hathib dengan teguran lembut, untuk menegaskan bahwa ia masih termasuk orang yang beriman. Ini dapat dilihat pada awal yang menggunakan “hai orang yang beriman”. Penegasan bahwa musuh-musuh Allah swt. juga menjadi musuhnya, “janganlah kamu mengambil musuhku dan musushmu”. Tidak hanya sampai disitu, bahkan ayat inipun menyebut keridhaan Allah swt., “jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad dijalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku”.
Coba perhatikan, bagaimana Al-Qur’an mengatasi masalah ini, yang menurut logika Militer disebut penghianatan terbesar, dengan menggunakan metode pembinaan yang sangat menawan, yaitu dengan dialog yang dihiasi kelembutan dan kecintaan.
Sumber : Khowatir Qur’aniyah, Nazharat fi Ahdafi Suwaril Qur’an
0 comments:
Post a Comment