Akhlak Sesungguhnya Adalah Mengamalkan Al-Qur'an (Bagian 1)
إِنَّمَابُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ
“ Tidaklah saya diutus melainkan untuk menyempurnakan keshalihan akhlak “. (HR. Bukhari dan Ahmad ).
Kata " إنما " mengandung arti tidak lain dan tidak bukan/ hanyalah. jadi, semua bidang kajian Islam , baik bidang aqidah , ibadah maupun muamalah tidak terlepas dari materi akhlak.
Oleh karena itu materi akhlak selalu menjadi tema utama sebagian besar para ulama, pemikir dan tokoh dalam mengusung perjuangan dan dakwah Islam. Karena akhlak merupakan standar kualitas sebuah umat yang terhormat dan faktor yang sangat vital bagi eksistensi sebuah umat. Seorang penyair berkata :
إِنَّمَاالْأُمَمُ الْأَخْلَاقُ مَا بَقِيَتْ *** فَإِنْ هُمُوا ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوا
Sesungguhnya umat-umat itu ada karena adanya akhlak mereka
Jika akhlak itu hilang maka umat pun punah
Jika akhlak itu hilang maka umat pun punah
Penyair yang lain berkata :
ولوأنني خُيِّرْتُ كلَّ فضيلةٍ *** مااخترت غيرَمكارمِ الأخلاقِ
Jika aku diberi pilihan pilihan semua keistimewaan kepadaku
Aku tidak akan memilih selain akhlak yang mulia
Karena tidaklah akhlak yang mulia ada pada diri seseorang melainkan akan merubah prilaku seseorang itu menjadi positif. Lihat saja mengapa agama Islam, dahulu menguasai dunia , memiliki pemimpin yang disegani kawan dan lawan. Tidak ada musuh Islam yang hendak merongrong kedaulatan umat Islam melainkan muncul pahlawan-pahlawan Islam yang menumpas musuh-mushnya.
Lantas apa hubungannya akhlak dengan kejayaan Islam? Tidakkah kita menyadari bahwa Rasulullah adalah manusia terhebat di dunia karena telah memawa agama Islam menjadi satu-satunya agama yang dihormati di seluruh dunia sejak masanya sampai hari ini ? dan tentu kita tahu bahwa Rasulullah memiliki akhlak yang sangat mulia ? yakin semua umat Islam pasti mengakui itu.
Lantas bukankah Rasulullah juga berperang, mengeluarkan senjata , membunuh orang kafir di medan perang, memotong tangan pencuri , merajam orang yang berzina, yang mana semuanya merupakan contoh dan gambaran kesadisan? Namun kemudian, ketika Aisyah radhiyallahu’anha ditanya : “ bagaimanakah akhalk Rasulullah ? maka Aisyah menjawab : “ akhlaknya adalah Al-Qur’an “.
Jadi, akhak bukanlah sesuatu bidang Ilmu yang hanya membahas masalah saling menghormati, saling memberi, berbuat baik kepada orangtua dan sebagainya. Namun akhlak sesungguhnya adalah prilaku-prilaku yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah yang tercermin dalam berbagai bidang kehidupan.
Baik sosial , politik, ekonomi, peperangan atau jihad dan sebagainya. Sehingga munculah istilah ekonomi islam, politik islam, jihad, zakat, haji dan sebagainya dari syari'at Islam, semuanya adalah implementasi yang dijabarkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Oleh karena itu, tidak ada satu pun bidang kehidupan yang dijalani manusia di muka bumi ini melainkan Islam sudah memberikan rambu-rambu yang benar dan shalih bagi yang menjalankannya. Karena sumber semua Ilmu di dunia ini adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Itulah makna meneladani akhlak Rasulullah yakni prilaku seorang muslim dimana pun dan kapan pun dan dengan status apa pun yang selalu memperhatikan tuntunan-tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Jika semua umat Islam dari berbagai latar belakang disiplin ilmu, suku dan bangsanya selalu mengembalikan dan mengaitkan semua urusannya kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sangatlah mungkin umat Islam akan meraih kejayaannya kembali.
Karena Islam ini bukan untuk perorangan atau kelompok, Islam adalah agama yang harus diperjuangkan oleh segenap lapisan masyarakat dari berbagai disiplin ilmu yang dimiliki masing-masing. Karena Islam bukan hanya ibadah ritual di masjid atau ceramah di mimbar-mimbar, namun Islam pernah berjaya dengan berbagai aspek pendukungnya diberbagai bidang kehidupan.
Pemikiran sederhana, seorang ulama tidak bisa dibaca bukunya jika tidak ada orang yang ahli dibidang percetakan. Seorang ulama tidak akan bisa di tonton ceramahnya jika tidak ada orang Islam yang ahli di bidang teknologi.
Demikian sebaliknya, pengusaha pesawat terbang memperoleh keuntungan dari banyaknya jama’ah haji dari seluruh dunia menuju Arab Saudi, dan semisalnya. Demikian juga para ahli ekonomi , tidak mungkin bisa menjalankan sistem perekonomian Islam jika tidak ada referensi teori yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dan masih banyak hal yang berkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan, yang semuanya bermuara kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jadi, yang dimaksud dengan akhlakul karimah adalah prilaku manusia yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sebaliknya, tidak selalu prilaku yang nampak di depan mata itu baik kemudian berakibat baik. Lihat saja misalnya banyak calon pemimpin di negeri demokrasi ini yang bermulut manis, berpendidikan selangit , mengobarkan semangat anti korupsi, namun ketika ia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan berupa kursi panas jabatan sebagai anggota dewan perwakilan rakyat, malah dia menjilat ludah sendiri.
Bukankah dulu ia berwajah manis, bertutur kata bak seorang pahlawan menyeru rakyat memerangi kezhaliman koruptor ? tapi apa buktinya ? dia sendiri yang mengajak dan dia sendiri yang melanggar. Apakah kata-kata manis itu ? atau uang yang dibagi-bagikan ketika kampanye itu ? yang menjadi bukti bahwa ia berakhlak baik ? demi Allah akhlak bukanlah pada kata-kata manis, atau sikap lemah gemulai, atau apakah itu namanya , jika semua prilaku itu tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah , maka sama sekali semua itu bukan akhlak yang baik sekalipun dihiasi perhiasan mahal yang mempesona pandangan mata dan membutakan mata hati.
Karena satu-satunya akhlak yang baik adalah akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dimana didalamnya diterangkan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang salah dan mana yang benar.
Kiranya perlu diketahui, bahwa akhlak itu tidak selamanya harus sesuai dengan kehendak manusia. Dan akhlak bukanlah prilaku yang dibuat-buat sesuai hawa nafsu. Akhlakul karimah terlalu mulia untuk dipermainkan dan dibuat-buat. Karena jika umat Islam mau mencontoh akhlak Rasulullah maka sumber akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
0 comments:
Post a Comment