Trending
Loading...
Tuesday, 14 January 2014

Mengikuti Langkah Sang Nabi Menuju Kejayaan


Masih terngiang dalam ingatan, sebuah sejarah tentang lika-liku perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan Islam. Hinaan, cercaan, bahkan lemparan dan pukulan merupakan hal biasa yang selalu menyertai hari-hari dakwah beliau saw.
Dua puluh tiga tahun berada di tengah ombang ambing badai lautan perjuangan, menahan serpihan karang yang dilemparkan oleh kecamuk lautan jihad fisabillah, menghujani tubuh para pejuang hingga tak hentinya bercucuran darah. Kemudian dilanjutkan oleh generasi sahabat yang masih setia dan kokoh dalam kapal perjuangan. Lalu setelahnya disambung lagi pada masa khilafah Bani Umayyah, kemudian diteruskan oleh Khilafah Abbasiyah dan seterusnya, kemudian pada akhirnya sampailah kepada kita yang kurang lebih berada lima belas abad setelah kepergiannya saw. Dan berikutnya akan lahir generasi yang melanjutkan perjuangan kita mempertahankan Aqidah ini, Insya Allah.
Islam belum menepi ke daratan, ia masih bertahan menerpa badai di tengah lautan menerjang ombak dan badai, hanya saja badai yang kita hadapi sekarang, jauh lebih ringan dari pada badai yang dihadapi oleh Rasulullah saw. Dan para sahabat tercinta radhiallahu ‘anhum.
Perjuangannya tidak semudah yang kita bayangkan, ketegaran Rasulullah tidak sekuat yang kita perkirakan, bahkan lebih kuat dari yang kita gambarkan. Keteguhan hatinya adalah rencana Allah, karena ia selalu dibina dan dibimbing oleh Al Qur’an.
Al Qur’an yang Allah turunkan berangsur selama dua puluh tiga tahun adalah cara Allah swt untuk meneguhkan hatinya selama ia berdakwah. Ketika beratnya ujian datang, dan keputusasaan mulai menghampiri, maka Allah kokohkan kembali dengan wahyu yang selalu menunjukkan jalan keluar.
Al Qur’an hadir membawa solusi dari setiap masalah. Ketika Rasulullah dan para Sahabat menerima kekalahan pada perang Uhud, kemudian ia melaknat beberapa orang yang menjadi sumber kekalahan Islam, maka turunlah ayat teguran baginya, Allah berfirman: “itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) …..” (Ali Imran: 128)
Allah menginginkan agar Rasul-Nya tidak hanyut dalam sesal kekalahan, akan tetapi menyiapkan strategi baru untuk meneruskan perjuangan.
Dalam kesempatan lain ketika Rasulullah berada dalam sebuah majelis yang dihadiri pembesar Quraisy di antaranya Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahal dan Abbas bin Abdul Mutthalib, pada saat itu ia sedang mengajak mereka untuk menerima Islam. Pada waktu yang bersamaan datanglah ke tengah-tengah majelis seorang laki-laki buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Ia datang bermaksud memohon agar mau mengajarkannya Al Qur’an.
Mungkin karena merasa terganggu ketika berdakwah di hadapan pembesar Quraisy, terlihatlah wajahnya yang masam di hadapan Abdullah bin Ummi Maktum, maka turunlah teguran Allah swt, “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling. Karena seorang buta telah dating kepadanya. Dan tahukah engkau Muhammad barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia ingin mendapat pengajaran yang bermanfaat baginya?” (QS ‘Abasa: 1-4).
Cara Allah SWT membimbing rasul dengan Al Qur’an adalah fakta sejarah yang menghantarkannya menuju kemenangan di berbagai peperangan sampai ia mampu menduduki madinah setelah berjuang selama tiga belas tahun di Mekah, di sana Ia bukan hanya sebagai pendakwah, tetapi sebagai khalifah.
Proses kehidupan adalah roda yang berputar, satu masa akan memiliki titik persamaan dengan masa sebelumnya jikalau masing-masing menggunakan tools yang sama. Dan tools yang dimanfaatkan oleh Rasulullah SAW adalah sumber daya manusia yang kuat dan pedoman yang tak pernah dilanggar, yaitu Al Qur’an.
Kita pasti akan menikmati kembali kemenangan itu, ketika kita bersedia meniru langkah Rasulullah saw dalam meraih kemenangannya.

Ditulis oleh : Muhammad Hasan H.

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2012 Yayasan Amal Madani - Bersama merangkai potensi umat All Right Reserved
Designed by Odd Themes
Back To Top