Trending
Loading...
Monday, 6 January 2014

Setitik Hidayah Dinegeri Paman Sam


Oleh Zulfi Akmal Al-Azhar Cairo ***

Di musim panas tahun 2011 saya bertemu dengan seorang doktor dari Iraq. Namanya DR. Munir.

Di antara pelajaran yang saya dapatkan dari beliau adalah cerita tentang pengalaman salah seorang temannya di Amerika.

Ketika terjadi perang teluk pada tahun 90-an seorang temannya berangkat ke Amerika untuk menyelamatkan diri, sekaligus untuk mengadu nasib di rantau orang. Berkat kecerdasannya ia berhasil menyelesaikan kuliahnya sampai jenjang S 3 di sebuah universitas di California. Untuk selanjutnya ia mendapat kehormatan untuk mengajar sebagai dosen tetap di almamaternya.

Pada suatu kali di akhir tahun ajaran akademik, sebelum memasuki liburan musim panas, fakultas tempatnya mengajar mengadakan suatu acara festival yang biasa diadakan setiap tahun.

 Di antara acara yang diadakan ialah penampilan kebolehan dari mahasiswa dan dosen. Sebenarnya acara itu hanya berbentuk hiburan. Atau acara tambahan dari acara utama. Karena merasa tidak memiliki kemampuan yang bisa ditampilkan teman DR. Munir tadi berusaha untuk menghilang dari pandangan mahasiswanya dan dosen yang lain. Dia duduk di tempat yang kurang diperhatikan.

 Tapi sayang, karena ia seorang dosen favorit yang digandrungi mahasiswa akhirnya justru ia dicari-cari, untuk kemudian didesak naik ke panggung. Mereka ingin sekali melihat apa bakat terpendam yang ada pada diri dosennya.

 Dengan terpaksa ia naik ke atas panggung sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan. Dia betul-betul grogi, karena melihat kelebihan orang yang tampil sebelumnya. Ada yang menyanyi dengan suara merdu, menari, joget, puisi, main alat musik, bela diri, pantomim, bahkan sulap.

 Untunglah tiba-tiba muncul ilham dari hatinya. Iya...., membaca al Qur'an. Itulah yang muncul dalam pikirannya. Dan hanya itu yang bisa ia lakukan. Terserah apa tanggapan penonton nantinya.

 Dengan gemetaran ia mengambil mic. Untuk menghilangkan rasa grogi, ia pejamkan mata sekencang-kencangnya. Kemudian ia mulai membaca ta'awudz dan dilanjutkan membaca surat ath Thariq. Surat pendek saja.

 Di saat ia mulai membaca, tiba-tiba pikirannya melayang ke kampung halamannya di Iraq. File masa kecilnya ketika menghafal al Qur'an dengan gurunya muncul seketika. Membuat ia terharu dan tenggelam dalam bacaan yang mendayu. Akibatnya ia lupa dengan kondisi yang ada.

 Dia tidak sadar apa yang terjadi dengan orang-orang di sekitarnya. Suasana yang awalnya heboh dengan tepukan, ketawa dan teriakan menjadi hening bagai tidak ada orang satupun di ruang itu kecuali yang tampil di panggung. Mahasiswa dan dosen yang hadir jadi terpana, bagaikan kena sihir. Ikut tenggelam dengan keindahan apa yang dilantunkannya. Tanpa mereka sadari, bulir-bulir bening yang hangat tak terbendungkan mendesak untuk keluar dari mata mereka.

 Iya....akhirnya banyak yang menangis. Padahal mereka tidak paham apa yang dibaca dosen itu.

Untunglah dosen dari Iraq itu tampil di ujung acara. Setelah itu acara hiburan diakhiri. Semua hadirin berhamburan ke depan menyalami, mengucapkan selamat dan menanyakan apa yang telah ia baca? Mereka sangat tertarik dan terpukau. Acara ditutup dengan penampilan yang susah untuk dinilai keindahannya dan amat mengesankan. Seolah-olah kenangan penampilan-penampilan sebelumnya hilang tenggelam begitu saja. Setiap orang keluar dari acara dengan berbagaimacam pertanyaan dan perasaan dalam dirinya.

Semenjak itu ia semakin terkenal dan digandrungi mahasiswanya, juga dihormati oleh dosen-dosen yang lain. Dia menjadi sering tampil untuk membacakan al Qur'an di acara-acara berikutnya, sekaligus memperkenalkan Islam.

Dan yang lebih menarik, banyak di antar mahasiswa dan dosen yang masuk Islam setelah itu. Sampai hari ini beliau menjadi da'i di Amerika yang sudah banyak mengislamkan orang.

Ternyata banyak di antara manusia yang tidak beragama Islam bukan karena tidak suka kepada Islam. Tapi karena mereka belum mengenal apa itu Islam.


 NB: Sebenarnya DR. Munir menyebutkan nama orangnya. Cuma karena isi ceritanya lebih menarik, hingga saya tidak fokus kepada namanya.

sumber : http://www.pkspiyungan.org/2014/01/keajaiban-hidayah.html

0 comments:

Post a Comment

Copyright © 2012 Yayasan Amal Madani - Bersama merangkai potensi umat All Right Reserved
Designed by Odd Themes
Back To Top